Ulil Blog

Selamat datang, semoga bermanfa'at.

Ulil Blog

Selamat datang, Semoga bermanfa'at.

Ulil Blog

Selamat datang, Semoga Bermanfa'at.

Ulil Blog

Selamat datang, Semoga bermanfa'at.

Ulil Blog

Selamat datang, semoga bermanfaat.

Sunday, 20 October 2013

Adab kaum sufi dalam peribadatan

a. Adab shalat kaum sufi
Dalam maslah shalat, kaum sufi pertama-tama memperhatikan proses belajar atau pencarian pengetahuan mengenai hukum-hukum yang berkaitan dengan shalat, dengan memdatangi ulama yang berkaitan dengan shalat dengan mendatangi ulama dan bertanya mengenai hukum yang belum mereka ketahui.
Menurut al-Thusi, “adab kaum sufi dalam shalat dan mempelajari apa saja yang mereka butuhkan adalah belajar ilmu shalat, mempelajari shalat-shalat fardhu, shalat sunnah dan shalat nafilah beserta keutamaannya. Selajutnya mereka sangat antusias menjalankan shalat diawal waktu agar memperoleh keutamaan. Oleh karena itu, mereka sudah bersiap-siap sebelum masuk waktunya, dan mereka meaksanakannya dengan kehadiran hati mereka bersama Allah. Mereka berusaha segenap persaan hati dan pikiran sambil mengosongkan diri dari segala sesuatu selain Allah, agar mereka bisa merenungi kitab-kitab Allah yang mereka baca dan benar-benar khusyuk menghadap Allah.
b. Adab zakat kaum sufi
Dalam menunaikan zakat, bertata karma dengan berusaha mengumpulkan harta yang halal tanpa berorientasi menumpuk numpuk kekayaan, maupun membanggakan kekayaan dan tanpa mengiringi sedekah mereka dengan mengungkit-ungkit pemberian atau menyakiti si penerimanya.
Al-Thusi mengatakan, “barang siapa terkena kewajiban zakat, maka membutuhkan empat hal : Pertama, memperoleh harta dengan cara halal. Kedua, orientasi pengumpulan harta bukan untuk membangga-banggakan diri. Ketiga, mulai dengan keluhuran budi pekerti dan sikap dermawan terhadap keluarga dan orang-orang yang menjadi tanggunganya. Dan keempat, menjauhi perilaku mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti hati orang yang diberi zakat”.
Status mereka berbeda-beda dalam kaitan kebolehan dan ketidakbolehan menerima zakat. Diantarannya mereka ada yang mencegah diri untuk tidak mengambil zakat, karena khawatir akan merebut atau mengurangi jatah kaum fakir dan mengingat status mereka sebagai kaya diri bersama Allah. Kata al-Thusi, sebagian kaum sufi menerapkan diri dalam masalah zakat dengan tidak makan uaanng zakat, meminta atau mengambilnya. Jika terpaksa memakannya mereka hanya memakan yang halal dan benar, namun mereka juga ingin meninggalkan hal itu demi kepentingan orang fakir.
c. Adab puasa kaum sufi
Dala berpuasa kaum sufi tidak hanya menahan diri dari makan, minum, dan hubungan seks sejak terbit fajar sampai terbenamnya matahari, akan tetapi mereka juga menahan seluruh anggota badan mereka dari melakukan hal-hal yang bisa mengundang murka Allah.
Kaum sufi berpandangan bahwa tata karma orang berpuasa adalah menjaga anggota badan, membersihkan hati, senantiasa berzikir, menjauhkan diri dari segala syahwat, antusias mencari rezeki yang halal, percaya sepenuhnya dengan rezeki yang di jamin Allah untuk semua makhluk dan merasa takut kepada Allah.
d. Adab haji kaum sufi
Dalam melaksanakan ibadah haji kaum sufi tidak hanya mencukupkan dengan menyucikan diri dari jasad lahiriyah dengan mandi saja, akan tetapi mereka juga memasukkan proses penyucian bathiniyah hati mereka dengan taubat.


sumber : 
Moenir Nahrowi Thohir. 2012.  Menjelajahi eksistensi tasawuf (meniti jalan menuju tuhan). Jakarta Selatan.  PT. As-salam sejahtera

Saturday, 19 October 2013

Batik Jenogoroan (batik khas Bojonegoro)

Berbekal pelatihan selama 2 bulan di Jogjakarta dan Solo ibu Rahayu yang biasanya di panggil bu Yayuk, mampu mendirikan usaha batik jonegoroan yang di kemudian di beri nama MARELLY JAYA yang berdiri pada akhir 2009 dan bekerjasama dengan pemerintah setempat guna mempromosikan batik khas Bojonegoro.
Dengan berdirinya Marelly Jaya berarti ikut melestarikan budaya Indonesia yaitu batik yang biasa disebut batik Bojonegoroan. Dan pemasaran batik sekarang hingga diluar daerah Bojonegoro. Batik Jenogoran yang diproduksi oleh Marelly Jaya mempunyai 3 jenis batik antara lain :
a) Batik tulis
b) Batik semi tulis
c) Batik cap


Proses produksi dalam pembuatan batik jonegoroan yang dibutuhakan meliputi input, proses membatik dan produk.
1) Input

Proses pembuatan batik jenogoroan bahan- bahan yang di butuhkan di pesan dari Solo dan Jogjakarta selain itu juga jumlah bahan kadang tergantung pesanan.
a. Kain : Membuat Batik Tulis bahan- bahan ynag digunakan kain putih putih ini kita sebut “White Cambric”. Jadi khusus / special kain tersebut untuk batik. Sebelum kain ini di batik, kita cuci terlebih dahulu, dan kalau akan di batik dengan menggunakan warna harus di “ketel” atau di “loyor” dengan direbus terlebih dahulu. Dan mencucinya tidak boleh menggunakan sabun, maksud dari pencucian tersebut ialah untuk menghilangkan kanji pabrik dan lemak
Tertarik Untuk Membeli ?Silahkan anda kunjungi http://marelyjaya.com/

 
Design Downloaded from Photoshop Patterns | Free Backgrounds