Tuesday 30 April 2013

Peran Guru

Pandangan stereotip mengenai guru adalah orang yang berpengatahuan yang menyebarkan informasi pada sekelompok orang yang lapar akan pengetahuan. Kelompok tersebut sering kali dipandang sebagai orang yang pasif, dan aktifitas utamanya dalam lingkungan pembelajaran membutuhkan adanya seorang guru yang menjelaskan atau menceritakan pada siswa apa belum mereka ketahui. Namun, banyak pendidik setuju bahwa pandangan ini terlalu sempit dan aktifitas “menjelaskan” tersebut hanyalah salah satu dari sekian banyak strategi yang dapat diterapan oleh guru. Untuk mengawali kajian kata mangenai peran-peran berbeda yang dimainkan oleh guru diantaranya:


1. Mendorong pertumbuhan dan prestasi
Dalam sekenario pengajaran, beberapa peran guru yang telah dijalankan ibu warner, dan peran-peran tersebut sering kali dijumpai dalam bentuk dualisme yang saling berlawanan. Contoh dengan mengadakan pusat-pusat pembelajaran interaktif, ibu warner berharap dapat mendorong pertumbuhan sosial dan emaosiaonala pada siswa, sementara strategi pengajaran yang dia jalankan untuk memfasilitasi pemahaman-pemahamman siswa mengenai makanan-makanan yang sehat dan tidak sehat mendorong perolehan dan internalisasi pengetahuan. Sehingga dalam aktifitas yang khusus ini, ibu warner memiliki dua tujuan pengembangan pertumbuhan sosial dan emosional, dan perolehan pengetahuan.
Intelektual siswa merupakan tujuan-tujuan utama yang hahrus dicapai oleh seorang guru sebagai salah satu peran terpenting mereka sebagai pendidik professional. Secara sosial, ibu warner meminta pada siswa untuk saling berinteraksi di pusat-pusat pembelajarannya, yang didalamnya siswa berkerja sama untuk menyelesaikan bagan/diagram mereka. Sedangkan pusat dimana ibu warner berpartisipasi ngan siswanya difokuskan pada aktivitas-akativitas kognitif. Dualisme disini dan didalam aspek-aspek pengajarannya lain bukan sekedar situasi, tetapi merupakan prioritas.
Pertanyaan umum yang dihadapi oleh seorang guru adalah, komponen pertumbuhan siswa apa yang merupakan tujuan terpenting yang harus dicapai dalam institusi-institusi sekolah umum? Apakah pertumbuhan intelektual-intelektual atau pertumbuhan akademik atau pertumbuhan emosional sosial? Selain dijelaskan dalam bentuk-bentuk apa yang seharusnya juga didasarkan pada gudang pengetahuan yang memungkinkan manusia untuk meningkatkan peradaban, atau seharusnya pengajaran kita fokus dalam membantu siswa dalam berinteraksi secara lebih baik lagi dengan teman-teman mereka untuk meningkatakan harga diri dan prestasi akademik dan menyediakan untuk menngembangkan pertemanan
Peran utama seorang guru adalah memfasilitasi pembelajaran siswa, yang secara luas dijabarkan, dengan berbagai cara. Hal ini kemudian melahirkan suatu pernyataan fundamental: bagaimana kita belajar? Kita belajar dengan cara berbeda-beda, mulai dari pembelajaran eksperiential (pembelajaran berbasis pengalaman).
2. Kontruktivisme dalam kelas
Meskipun pandangan radikal mengenai kontruksisvisme ini begitu deapresiasi oleh para akademisi, pandangan tersebut seringkali gagal menerjemahkan atau menerapkan realitas-realitas praktis yang dapat dihadapi guru dalam ruang kelas saat ini. Meskipun banyak bukti mengidikasikan bahwa para pembelajar sesungguhnya membangun pemahaman, tidak semua bentuk pemahaman abash/valid seluruhnya, dan ada sebuah realitas yang bebas dari pemahaman individu. Jika hal ini tidak benar , para guru akan memiliki peran kecil dalam penddidkan, dan akibatnya, kontruksivisme akan muncul begitu saja. Tentu saja, kondisi ini tidak sesuai dengan kenyataan bahwa para guru saat ini makin dibebani oleh ttangguh jawab untuk memfasilitasi perolehan pengetahuan kognitif konkret yang diukur berdasarkan penilaian-penilaian terstandarisasi dan berpatokan tinggi.
Lingkungan pembelajaran kontruksivis mengutamakan dan memfasilitasi peran aktif siswa. Lingkungan kunjungan pembelajaran kontruktivis mengutamakan mengubah fokus dari penyebaran informasi oleh guru, yang mendorong peran pasif siswa, menuju otonomi dan refleksi siswa yang mendorong aktif siswa. Strategi-strategi pembelajaran aktif menganjurkan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang didalamnya siswa diberikan otonomi dan control yang luas untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas pembelajaran yang meliputi pemecahan masalah, berkerja dalam bentuk kelompok kecil, pembelajaran kolaboraatif, kerja investigative dan pembelajaran eksperimental . Sebaliknya aktivitas-aktivitas pembelajaran pasif, yang didalamnya siswa hanya dalam aktivitas mendengarkan (listening). apa yang dikatakan oleh guru dan tak jarang merka diberi penyataan-pernyataan yang kurang berkualitas. Pergeseran paradigma pembelajaran kontruktivis ini didasarkan pada gagasan bahwa secara alamiah pada pembelajaran sebenarnya sudah memiliki sifat aktif dan rasa ingin tahu, yang kedua sifat ini kemudian menjadikan metode ceramah (lecture) dan buku ajar (textbook) bukan sebagai penekanan utama dalam pengajaran kelas. Pergeseran semacam ini bukan berarti bahwa tidak perlu menjelaskan pada siswa. Sebaliknya ia justru menyiratkan bahwa kita seharusnya curiga mengenai seberapa banyak pemahaman dari penjelasan-penjelasan yang telah kita berikandan sejauh mana rekaman/catatan mereka tentang pengetahuan tesebut. Menyakini bahwa para pembelajar membangun dari pada sekedar mencatat , merekam pemahaman memiliki implikasi yang penting pada cara-cara kita mengajar. Selain beberapa peringatan yang telah dirinci sebelumnya, sebagai para pendidik, kita seharusnya melakukan hal-hal berikut:
a. Menyediakan berbagai
b. macam contoh dan repesentasi materi pelajaran pada para pembelajar.
c. Mendorong tingkat interaksi yang tinggi dalam pelajaran kita.
d. Menghubungkan materi pelajaran dengan duia nyata.
Meskipun tidak ada satupun teori kontruktivis yanga memerinci hal-hal berikut ini, banyak pendekatan kontruktivias yang merekomendasikan
a. Lingkungan-linngkungan pembelajaraan yang menantang dan rumit, dan tugas-tugas yang autentik.
b. Negoisasi sosial dan tanggung jawab bersama sebagai bagian dari bagian dari pembelajaran.
c. Representasi-representasi materi pelajaran yang berganda.
d. Pemahaman bahwa pengetahuan (dapat) dibangun.
e. Pengajaran yang berpusat pada siswa.
Selain kontruksivisme yang berpusat pada siswa memiliki fokus atau perhatian yang beragam. Pertama, saat membangun pemahaman mereka mengenai suatu materi pelajaran, mereka mengmbangkan perasaan personal bahwa pengetahuan adlah milik mereka (mereka memiliki pengetahuan) kedua, pemusatan siswa menekankan adanya penelitian dan pembelajaran berbasis masalah dan kerja kelompok. Aktivitas-aktivitas pemecahan masalah dalam kelompok dalam ruang kelas semacam ini beserta dengan komponen-komponen teori-teori kontruktivis lain yang berpusat pada siswa. Teori-teori kontruktivis mengenai pembelajaran juga dipengaruhi oleh piaget (1952-1959) dan teori-teori pembelajaran sosialnya Vygotsky. Kajian pieget fokus pada pengalaman-pengalaman individu-individu langsung yang menggerakkan pembelajaran secara berurutan pada periode waktu tertentu untuk membangun periode waktu untuk membangun penngetahuan perceptual, konkret, dan pada akhirnya abstrak. Kajian sosial vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dala tugas-tugas pembelajaran. Para pembelajaran meningkatkan meningkatkan peikiran mereka sendiri dengan sikap terbuka pada pandangan-pandangan dan wawasan-wawasan orang lain. Salah satu strategi pembelajaran kerja kelompok yang paling umum diimplementasikan adalah pembelajaran kooperatif yang didalamnya guru berperan dalam mendorong pembelajaran dengan menekankan pada kerja tim/kelompok sebagai lawan dari pendekatan koopetitif dalam pembelajaran. Dengan peran ini guru dapat sekali lagi memfasilitasi usaha siswa untuk mengontruksi pengetahuan.
3. Memotivasi siswa
Peran guru yang penting dalam mendorong pembelajaran siswa adalah meningkatkan keinginan siswa atau memotivasi untuk belajar. Untuk melakukan tugas ini, anda perlu memahami siswa-siwa anda dengan baik agar nantinya anda mampu menyediakan pengalaman-penganlaman pembelajaran, yang darinya siswa akan menemukan sesuatu yang menarik, bernilai, dan secara intrinsic memotivasi, menantang, dan berguna bagi mereka. Semakin baik anda memahami siswa anda, memahami minat-minat mereka, dan menilai tingkat-tingkat keterampilan mereka, maka semakin efektif anda bisa menjangkau dan mengajari mereka.dan menilai tingkat ketrampilan mereka, maka semakin efektif anda bisa menjangkau dan mengajari mereka.
Salah satu peran terpenting seorang guru adalah menyakinkan pada siswa bahwa kita terlibat bersama mereka disetiap tantangan dan berada “dalam sudut mereka” disetiap hal. Hal ini tentu saja membutuhkan strategi-strategi organisasional dan personal yang fokus pada nilai dan kekuatan motivasi intrinstik dan dampak positifnya pada prestasi akademik siswa. Sulit bagi siswa untuk berhasil jika mereka kekurangan motivasi untuk tetap fokus pada tugas-tugas yang menantang. Para guru peru mempertimbangkan faktor-faktor berikut ini untuk mendorong siswa fokus pada hasil pembelajaran yang diinginkan:
a. Mempertemukan kebutuhan-kebutuhan dan minat-minat.
b. Memusatkan tingkat-tingkat concern/ perhatian.
c. Memfasilitasi tanggapan atau kesadaran terhadap usaha-usaha yang masuk akal.
d. Memusatkan kemungkinan akan kesuksesan.
e. Menyediakan pengetahuan langsung atas hasil yang diperoleh.
Selain itu, strategi-strategi organisasional yang menuntun pada peningkatan keterlibatan siswa mensyraratkan adanya pembuatan kurikulum yang berguna dan menarik, penyediaan pengalaman-pengalaman dan materi-materi pembelajaran yang sesuai, dan pengalokasian waktu yang cukup untuk meningkatkan kesempatan-kesempatan siswa mempertinggi harapan-harapan mereka yang bertambah motivasi yang mereka dapatkan untuk mempertahankan dan mengupayakan tugas-tugas lain, penelitian menunjukkan bahwa motivasi merupakan variabel yang kuat dalam proses pembelajaran, bahkan boleh jadi merupakan variaabel yang lebih penting dari pada kemampuan.
Meskipun keterlibatan merupakan komponen penting dalam memotivasi atau menarik siswa, strategi-strategi organisasional guru seharusnya juga pada dukungan struktur dan ekonomi. Dengan menciptakan stuktur-stuktur internasional ruang kelas yang dapat meningkatkan keterlibatan siswa, para guru seharusnya fokus pada dukungan stuktur etonomi. Dengan menciptakan stuktur organisasional ruang kelas yang meningkatkan keterlibatan siswa, para guru dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan mencukupi kebutuhan kompetensi mereka. Selain strategi organisasional, interksi guru dengan siswa merupakan faktor motivasional yang juga penting. Strategi-strategi organisasional, strategi-strategi pengajaran personal untuk meningkatkan motivasi memerlukan sikap tulus, positif, semangat, dan dan suportif dari seorang guru, selainn itu salah satu cara paling ampuh dalam mengomunikasikan minat sebagai guru adalah mendengarkan apa yang siswa katakan dan membiarkan mereka mengetahui bahwa kita menghargai pemikiran-pemikiran dan kontribusi-kontribusi mereka pada kelas. Pada akhirnya, humor dapat menjadi perrangkat yang mutlak dilakukan untuk mendodorong hubungan positif antara anda dengan siswa-siswa anda.



Sumber :

David A.Jacobsen. Paul Eggen. Donald Kauchak, Methods for Teaching

0 komentar:

Post a Comment

 
Design Downloaded from Photoshop Patterns | Free Backgrounds