Mencintai itu menyakitkan, tidak mencintai juga menyakitkan. Mencintai namun tidak dicintai menyisakan luka yang teramat besar - Benita Peres Galdes
Tulisan ini terinspirasi ketika melihat curhat seorang teman melalui statusnya di FB. “Ternyata mencintai itu menyakitkan! Lebih baik Dicintai daripada mencintai”. Kalimat tersebut melukiskan kekecewaan hati ketika orang yang kita cintai ternyata menyakiti hati.
Pernahkah anda merasakan cinta yang begitu menyakitkan? Bukankah cinta itu sesuatu yang seyogyanya mampu membuat setiap insan bahagia, bahkan sejuta rasanya takkan sanggup untuk diuraikan dengan kata-kata. Cinta adalah sebuah kekuatan. Kekuatan yang mampu merubah duri menjadi mawar, cuka menjadi anggur, sedih menjadi riang, amarah menjadi ramah dan musibah menjadi muhibah. Cinta adalah pengorbanan. Cinta adalah ketulusan. Cinta adalah keikhlasan. Cinta itu tidak mengekang. Cinta itu tidak menyakiti. Namun dengan kekuatannya, cinta mampu membuat kita berurai airmata. Airmata kesedihan ataupun airmata keharuan. Namun mengapa cinta juga bisa merubah perilaku seseorang menjadi sosok yang begitu menakutkan layaknya monster?
Tentu anda pernah mendengar atau membaca berita yang sangat tidak manusiawi. Akibat terbakar cemburu, seorang suami tega membakar isterinya. Atau seorang laki-laki yang begitu kejamnya membunuh kekasihnya dengan cara keji hanya karena tidak terima kekasihnya itu ber-bbm ria dengan lelaki lain. Api cemburu ternyata mampu melumatkan cinta. Cemburu buta, posesif berlebihan, amarah meluap mampu memadamkan cinta yang membara.
Begitu banyak pertanyaan yang melatarbelakangi mengapa mencintai seseorang justru sangat menyakitkan? Mengapa cinta bisa mengubah seseorang menjadi kejam? Dan bila cinta bersemayam dalam hati, mengapa begitu banyak pasangan suami isteri yang memutuskan bercerai? Kemanakah perginya cinta yang dahulu bergelora? Mengapa seseorang tega mengkhianati pasangannya? Mengapa suami melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap isterinya? Mengapa ada orang yang nekat mengakhiri hidupnya dengan tragis hanya karena putus cinta? Sedemikian dahsyat kah cinta memporak-porandakan hati? Benarkah mencintai itu menyakitkan?
Lantas, latar belakang apa yang membuat seseorang mencintai menjadi begitu terasa menyakitkan hati:
1. Cinta yang terkhianati
Siapapun orangnya di muka bumi ini tentu akan merasakan sakit ketika mengetahui seseorang yang yang dicintai ternyata tega mengkhianatinya. Seorang isteri tentu akan merasakan kekecewaan yang teramat dalam ketika mengetahui suami yang sangat dicintainya telah berselingkuh atau memiliki Wanita Idaman Lain. Atau ia memergoki suaminya begitu menikmati kecantikan atau mengagumi wanita lain. Begitu pula sebaliknya. Sang suami menerima kenyataan isterinya ternyata tidak setia. Atau suami yang kecewa karena ternyata sang isteri tidak sesuai dengan harapannya. Ketika ia mengetahui isterinya ternyata seorang perempuan yang cerewet, pemarah atau memiliki perilaku yang tidak pantas. Mengharapkan pasangan memiliki kadar cinta yang sama namun ternyata harapan tidak sesuai dengan kenyataan, hal itulah yang membuat orang yang sangat mencintai akan merasakan sesuatu yang begitu menyakitkan.
Rasa takut kehilangan seseorang yang sangat dicintai akan membuatnya merasakan sakit ketika menerima kenyataan pahit bahwa orang yang dicintainya itu ternyata telah meninggalkannya atau melukai hatinya. Tentu saja cinta akan semakin menyakitkan bila bernilai posesif, rasa kepemilikan yang sangat tinggi, sehingga sulit berbagi rasa dengan yang lain.
Pada prinsipnya manusia akan merasa kesulitan mengalami kehilangan. Rasa sakit kehilangan sesuatu lebih kuat dibandingkan saat mendapatkan sesuatu.
Menurut Daniel Kahneman, peraih penghargaan Nobel atas karyanya “Prospect Theory”, memposisikan bagaimana seseorang mengambil pilihan dalam suatu situasi. Ketika ia harus mengambil keputusan antara 2 hal yang mengandung risiko. Contoh, manusia akan memandang rasa sakit kehilangan uang sebanyak Rp.50.000 lebih besar ketimbang ia mendapatkan uang dengan jumlah yang sama. Hal ini merupakan fakta psikologis bahwa otak manusia memandang rasa kehilangan lebih berat ketimbang mendapatkan suatu hal yang baru.
Ketika seseorang kehilangan sesuatu atau orang yang sangat dicintainya, biasanya akan menimbulkan rasa sakit atau luka yang mendalam dibandingkan saat ia mendapatkan sesuatu. Biasanya kita akan kita lebih termotivasi untuk menghindari rasa kehilangan daripada mengambil risiko untuk mendapatkan sesuatu yang baru.
2. Mencintai seseorang yang tidak mencintai
Cinta bertepuk sebelah tangan. Rasa kecewa mendalam ketika cinta yang telah terpupuk subur di dalam hati ternyata tidak terbalaskan. Mencintai seseorang yang ternyata tidak mencintai akan terasa menyesakkan dada.
Ketika seseorang mengalami penolakan cinta, tak hanya hati yang terasa sakit, namun perasaan seolah dalam kondisi didorong ke arah berlawanan dari arah yang sebenarnya ingin dituju. Saat mengetahui ternyata sang pujaan hati tidak bisa membalas rasa cinta atau tidak mau menjalin hubungan lebih dari sekadar pertemanan,biasanya kalimat yang akan terungkap ketika curhat kepada sahabat adalah “aku ditolak”.
Mengapa penolakan cinta begitu terasa menyakitkan? Para peneliti di University of Amsterdam menemukan bahwa penolakan terkait dengan respon sistem saraf parasimpatetik. Saat tubuh aktif, seperti halnya seseorang yang hendak berkelahi maka sistem simpatetik akan bersiap, detak jantung menguat, pupil mata membesar, dan energi menjadi tinggi. Sistem parasimpatetik tersebut bertanggung jawab terhadap tubuh saat beristirahat.
Ketika cinta ditolak, para ahli mengatakan, seseorang akan merasakan seolah tidak disukai, kemudian berujung pada detak jantung melambann, begitu pula aktivitas sistem saraf parasimpatetik. Intinya, ditolak atau diputus cinta menghasilkan respon fisik dan psikologis. Tak heran, saat seseorang mengalami penolakan, maka ia akan merasakan seolah “copot” atau “patah”, hal itu disebabkan karena detak jantung yang mendadak melamban tadi.
3. Mencintai seseorang yang telah menjadi milik orang lain
Ketika kita mencintai seseorang, harapan untuk memilikinya tentu teramat besar. Inilah penyebab utama mengapa banyak orang merasa tersakiti oleh cinta. Ketika menerima kenyataan bahwa orang yang kita cintai telah menjadi milik orang lain. Harapan untuk bersatu pun menjadi kandas. Mencintai dan dicintai oleh seseorang yang telah menjadi milik orang lain, akan terjebak dalam pusaran ‘cinta terlarang’. Sebenarnya apa yang mereka rasakan bukanlah sebuah cinta, melainkan sebuah hasrat. Hasrat untuk memiliki, hasrat untuk melindungi, dan hasrat untuk menjaga, hasrat untuk bisa terus bersama meskipun tembok tinggi menghalangi keduanya. Hasrat itu bukanlah cinta.
Hal ini bisa terjadi kepada siapa saja. Ketika hati sedang berbunga cinta, belakangan baru anda ketahui bahwa pasangan anda ternyata telah memiliki orang lain. Dilema hati tentu akan merajai perasaan anda. Saatnya anda harus mengambil keputusan agar tidak terjebak dalam hubungan cinta yang rumit. Anda hanya memiliki 2 pilihan yang jelas; yaitu terus mencintai orang tersebut atau melupakannya sama sekali.
Bila anda tetap memilih keputusan yang pertama, berarti anda harus siap menanggung segala risikonya. Di saat anda sedang membutuhkan dirinya untuk menemani anda sewaktu anda sedang sakit atau sedang bersedih, ternyata dirinya tak mampu memenuhi harapan anda. Perasaan terabaikan kerap melanda jiwa anda. Hal itulah yang suatu saat akan melukai hati anda. yang Padahal anda bisa membuka hati untuk wanita atau pria idaman di luar sana yang mungkin jauh lebih baik.
4. Hubungan Cinta yang kandas di tengah jalan
Hubungan cinta yang terjalin suatu saat akan menemukan titik jenuh. Hal tersebut terungkap dari penelitian yang dilakukan oleh Researchers at National Autonomous University of Mexico mengungkapkan hasil risetnya yang begitu mengejutkan. Menurut penelitinya sebuah hubungan cinta pasti akan menemui titik jenuh, bukan hanya karena faktor bosan semata, tapi karena kandungan zat kimia di otak yang mengaktifkan rasa cinta itu telah habis. Rasa tergila-gila dan cinta pada seseorang tidak akan bertahan lebih dari 4 tahun. Jika telah berumur 4 tahun, cinta sirna, dan yang tersisa hanya dorongan seks, bukan cinta yang murni lagi.
Rasa tergila-gila yang muncul di awal jatuh cinta disebabkan oleh aktivasi dan pengeluaran komponen kimia spesifik di otak, berupa hormon dopamin, endorfin, feromon, oxytocin, neuropinephrine yang membuat seseorang merasa bahagia, berbunga-bunga dan berseri-seri. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dan terpaan badai tanggung jawab dan dinamika kehidupan efek hormon-hormon itu berkurang lalu menghilang.
Bagaimana reaksi kita ketika menerima kenyataan orang yang kita cintai tidak merasa nyaman berada di samping kita? Mungkin dia tidak begitu saja meninggalkan kita, namun dengan sikap dan perilakunya yang menunjukan rasa jenuh menyebabkan hati terluka. Ketika dia akhirnya hubungan itu kandas, hal itu akan sangat menyakitkan.
Para peneliti di Stony Brook University berpendapat bahwa seseorang yang mengalami kekecewaan saat hubungan cintanya kandas kemudian dia harus melupakan orang yang dicintainya, diibaratkan seperti seseorang yang diharuskan berhenti merokok dan melupakan adiksi terhadap zat-zat tertentu. Terdapat area pada otak yang aktif saat terjadi rasa sakit akibat kandasnya sebuah hubungan cinta, . Bagian itu juga terhubung dengan kebutuhan akan motivasi, reward, dan adiksi. Bahkan bagian otak tersebut menunjukkan kesamaan antara hubungan cinta yang kandas dan “sakaw” akan zat-zat tertentu. Hubungan cinta yang kandas akan terasa sakit karena kita punya ketergantungan terhadap hubungan.
Cinta merupakan salah satu pesan agung yang disampaikan Allah SWT kepada manusia sejak awal penciptaan makhluk-Nya. Dalam salah satu hadis yang diterima dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda, “Ketika Allah mencipta makhluk-makhluk-Nya di atas Arsy, Dia menulis satu kalimat dalam kitab-Nya, ‘Sesungguhnya cinta kasihku mengalahkan amarahku.’ (HR Muslim).
Cinta seorang manusia kepada manusia yang lain semata-mata karena cintanya terhadap orang tersebut, tentu akan banyak menimbulkan persoalan serius, seperti kekecewaan, amarah, penyesalan bahkan sakit hati. Sebab cinta manusia hanya bersifat sementara. Cinta yang muncul karena dorongan material dan hawa nafsu. Kedua hal inilah yang sering membuat manusia lalai dalam kenikmatan duniawi.
Jika kecintaan kita terhadap seseorang dilandasi karena kecintaan kita terhadap sang Pencipta manusia, kehidupan kita niscaya akan berjalan harmonis dan langgeng. Sebab cinta yang diajarkan Allah SWT adalah cinta yang berujung pada keabadian, karena Allah sendiri adalah Zat yang abadi dan tak pernah rusak. Keabadian, keharmonisan, dan kesejahteraan umat manusia akan tercapai jika cinta yang ada pada diri manusia ditujukan semata-mata hanya karena Allah SWT. CintaNYA yang mengingatkan manusia bahwa DIA tidak akan pernah mendahulukan amarah-Nya.
Mampukah kita mencintai pasangan kita semata-mata karena kecintaan kita kepada Allah SWT? Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mencinta semata-mata hanya karena mengharap cintaNYA.
**********
*diambil dari FP Dunia Bola